LOMBOK. iNewsMalang.id – Generasi cinta dan bangga produk lokal, menjadi acuan motivasi siswa Jurusan Tata Busana di SMKN 1 Gerung, Lombok Barat, NTB.
Acuan tersebut tentu butuh perjuangan di era digitial saat ini, mengingat dampak gaya hidup modern sehingga membutuhkan dukungan dan roll model dari pihak di lingkup pendidikannya.
Baiq Fenny Yuana, S.Pd selaku guru produktif Tata Busana di SMKN 1 Gerung menyampaikan cara menanamkan generasi cinta produk lokal, “Terlebih dahulu memberi pemahaman untuk mencintai produk Indonesia, mencintai produk lokal, selanjutnya untuk jurusan fashion kita arahkan menggunakan bahan tenun Lombok,”
Fenny menyebut, tenun Lombok sebagai bahan dalam pembuatan produk busana, diharapkan anak melihat hasil yang bagus, indah dan mewah kemudian memiliki pemahaman ternyata kain tenun bisa digunakan untuk kepentingan tren mode dengan bermacam gaya busana.
Terutama untuk memaksimalkan alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bisa tepat sasaran.
”Agar siswa tidak malu memakai produk lokal, hasil praktek mereka di tampilkan seperti fashion show, di promosikan di sosial media masing-masing dan digunakan oleh mereka. Serta tetep mendesain busana yang lebih kekinian, modern sesuai mode saat itu tapi tetep ada penggunaan bahan tenun,” paparnya.
Alasan memilih tenun khas Lombok sebagai kombinasi bahan tren busana untuk membawa nama kain tenun Lombok lebih mendunia, lebih dikenal oleh khalayak, “Kami ingin tetep melestarikan dan mempromosikan hasil karya tenunan penduduk lokal yang beraneka ragam motif ataupun warna,” Jelasnya
Hal itu bertujuan untuk menyesuaikan motif dan warna agar busana yang dihasilkan makin terlihat indah, mewah dan etnik, tapi tetep menampilkan unsur motif tradisionalnya.
Kini, kain tenun tidak hanya digunakan pada acara-acara daerah, tapi tenun juga bisa digunakan untuk suasana formal atau non formal. Terutama setelah dikombinasikan dengan bahan kain lain sehingga terlihat modis dan elegan.
Hasil kombonasi bahan tenun Lombok karya siswa SMKN 1 Gerung (Dok. Istimewa)
Jenis bahan kain tenun yang dipilih adalah kain Songket Lombok, kain Rang-rang, kain Pringgasela dan kain Gumesa.
Menurut Fenny, kain tenun tersebut menggunakan kapas pilihan yang dipintal hingga jadi gulungan benang sebagai bahan utamanya. Mulai dari proses pemintalan, pewarnaan, hingga proses penenunan menjadi selembar kain.
“Semua dilakukan secara tradisional dengan menggunakan bahan-bahan yang masih alami,” tegasnya.
“Penenunan tradisional ini merupakan teknik menenun dengan cara merangkai benang dari dua arah, yakni horizontal dan vertikal. Rangkaian benang horizontal disebut dengan benang Lungsin, sedangkan rangkaian benang vertikal disebut dengan benang Pakan,” lanjutnya.
Terlebih di Lombok banyak masyarakat dan UMKM bergerak memproduksi jenis kain tersebut di masing-masing daerah terdapat komuditas penduduknya menenun.
Fenny menyampaikan, upaya strategi marketing hasil karya modes siswa SMKN 1 Gerung yaitu dengan mengadakan fashion show di beberapa event, mendokumentasikan produk lalu dishare di sosial media. Selain itu juga dipromosikan sewaktu ikut berbagai lomba, seperti lomba di Dekranasda Provinsi.
Berkat kerja keras semua pihak, Jurusan Tata Busana SMKN 1 Gerung, mampu masuk 3 besar dalam LKS Kabupaten, dan masuk 5 besar lomba Dekranasda Provinsi.
Kini, ada beberapa mitra usaha, tapi lebih mengarah dalam bentuk MOU PKL atau magang guru dan siswa serta guru tamu.
Fenny bersyukur, “Alhamdulillah prospek kerja setelah siswa lulus , besar peluang dan banyak yang terserap oleh IDUKA, meski jurusan ini belum pernah dilibatkan event di sirkuit Mandalika ,” ungkapnya.
Berbekal motto Menghasikan karya siswa-siswi tata busana yang CEMERLANG, SMKN 1 Gerung memiliki harapan ke depan, agar hasil mereka lebih beragam lagi, dengan model ataupun bentuknya.
“Lebih dikenal lagi oleh masyarakat Lombok terlebih masyarakat luar Lombok. Apalagi hasilnya bisa Go Internasional,” pungkasnya.
Tinggal menunggu tindak lanjut dari Kemenparekraf niih.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait