MALANG, iNewsmalang.id - Sebuah kedai makanan di Kota Malang mewajibkan pembeli kopi menggunakan bahasa isyarat, untuk merasakan berkomunikasi dengan disabilitas tuna rungu. Kedai makanan di kawasan Jalan Bromo, Kota Malang, ini tak cuma menawarkan kewajiban berbahasa isyarat saja, kedai ini juga mempekerjakan karyawan tuna rungu.
Namun bagi pembeli yang masih belum memahami bahasa isyarat, ada petunjuk pembelian dengan menggunakan bahasa isyarat yang tercetak dalam poster. Di kedai itu juga terdapat tulisan yang menandakan pelayan di bagian pembuatan kopi itu merupakan disabilitas tuna rungu.
Meski berkomunikasi dengan bahasa isyarat, para pembeli juga tampak interaktif dan antusias membeli menu kopi bernama Kopi Cinta. Beberapa pembeli justru tertarik datang ke kedai, karena adanya kewajiban berbahasa isyarat untuk pembelian kopi.
Falisha Mutiara, salah satu pembeli menyatakan, awalnya ia tahu dari media sosial (medsos) TikTok. Dari sana ia kemudian bersama teman-temannya datang untuk mencoba sensasi memesan kopi dengan bahasa isyarat.
"Tahu dari teman-teman, saya juga lihat di TikTok, senang dan tertarik juga. Ke sini baru pertama, (di sini) bisa belajar bahasa isyarat," kata Falisha Mutiara.
Menurutnya, dengan memesan kopi di kedai ini ia dan teman-temannya bisa mempraktekkan bahasa isyarat. Sebab selama ini ia sudah mempelajari bahasa isyarat darı teman kampusnya.
"(Pernah belajar bahasa isyarat) Sebenarnya sudah pernah (darı teman kampus), dia ngambil tema bahasa isyarat, jadi saya juga tertarik," tuturnya.
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ini mengaku tak ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan baristanya. Apalagi di bagian pemesanan juga ada panduan untuk berbahasa isyarat dasar darı huruf alfabet.
"Menarik dan cukup baru, Saya pesan kopi dengan cara berbahasa isyarat. (Pesan dengan bahasa isyarat) Gampang, kan ada contohnya juga di sini. Seru karena pengalaman baru," terangnya.
Sementara itu, Chef Marketing Harmoni and Cafe Fariz menuturkan, awalnya pihak kedai makan mewajibkan pemesanan berbahasa isyarat berawal darı seorang mahasiswa tuna rungu, yang magang di kedai makan itu. Saat itu memang sang mahasiswa lebih condong ke bidang desain grafis, tapi ketertarikan di bidang kopi membuat pihaknya melatihnya untuk menjadi barista juga.
"Itu anak magangnya di tahun 2022 itu desain, di tertarik kopi, lalu kita wadahi mereka lebih dalam, kita belikan alat yang memadai, kita ajarkan berjualan dan menghandel bisnis," ungkap Fariz, saat ditemui.
Kemudian dari sanalah perlahan-lahan, pihak manejemen kedai mulai menambah karyawan tetap dari disabilitas tuna rungu. Awalnya pekerja difabel itu ditempatkan di bagian melayani snack popcorn, tapi perlahan-lahan diajarkan juga di bagian pembuatan kopi atau barista, lengkap dengan cara penyajiannya.
"Kita mulai November 2023 itu, ada dua orang tuna rungu (jadi pekerja). Lalu April 2024 kemarin itu nambah satu orang lagi. Jadi sekarang tiga orang tuna rungu, semua di bagian barista kopi," jelasnya.
Kedatangan karyawan dengan tuna rungu itu membuat pekerja lain, akhirnya belajar bahasa isyarat dasar darı huruf abjad bisindo. Kelas khusus diadakan darı awal untuk bisa membantu para pekerja tuna rungu.
"Ada kelas bahasa isyarat. Kalau pegawainya seenggaknya bisa bahasa isyarat dasar. Untuk pembeli kita kasih tahu cara bahasa isyarat, caranya ngobrol sama mereka, bisa pesan di kertas, ada banner petunjuk dasar bahasa isyarat itu," paparnya.
Kini baginya pribadi, ia mulai lancar berbahasa isyarat secara dasar. Beberapa pekerja lain juga sudah mulai memahami beberapa arti dari bahasa isyarat yang dikomunikasikan oleh pekerja disabilitas. Tapi bila ada yang kurang memahami, biasanya mereka memilih menuliskannya di ponsel atau kertas
"Saya awalnya belum bisa sama sekali, awal-awal ngetik, sekarang setiap hari diajak ngobrol (pakai bahasa isyarat). Kalau kesulitan biasanya ngetik pakai handphone atau kertas," terangnya.
Kini tak hanya kelas bahasa isyarat untuk pekerja saja yang dibuka oleh pengelola kedai, tapi juga untuk masyarakat umum. Kelas berbahasa isyarat bisindo ini rutin diadakan tiap dua bulan sekali. Ketertarikan ini juga didukung progam pembelian kopi dengan bahasa isyarat, satu bulan lebih terakhir ini.
"Karena kita masih baru, jadi kita masih belum bisa menilai, apakah lebih ramai atau enggak, cuma sejauh ini kita startnya low, kita nggak terlalu mengejar penjualan tinggi, kita benar-benar untuk support atau awarness untuk temen-temen tuli," tukasnya.
Editor : Avirista Midaada
Artikel Terkait