JAKARTA, iNewsMalang.id - Pemerintah menjalankan beragam cara dan pendekatan untuk menekan laju stunting di Tanah Air. Hasilnya, dalam beberapa tahun terakhir, angka stunting terus menurun secara konsisten.
Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan sebesar 2,8 persen dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022. Namun begitu, angka ini masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah 20 persen dan target pemerintah 14 persen pada 2024.
Guna mencapai target pada 2024, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus mendorong keterlibatan generasi muda agar memahami bahaya dan pencegahan stunting. Hal ini karena generasi muda yang kelak akan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting.
“Untuk melahirkan generasi yang prima di masa depan, pencegahan stunting menjadi keharusan. Pemerintah saat ini terus mengurangi persentase stunting. Penanganan yang serius terhadap stunting berkorelasi terhadap lahirnya generasi yang unggul di masa depan,” ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Usman Kansong di Jakarta, Jumat (7/7/2023).
Menurut Usman, generasi muda menjadi salah satu target utama dalam kampanye pencegahan stunting di Indonesia. Oleh karena itu, Kemenkominfo terus mengamplifikasi pesan kunci cegah stunting melalui ajakan, sosialisasi, maupun edukasi kepada target khalayak muda seperti remaja perempuan, mahasiswa, serta calon pengantin khususnya di kabupaten atau kota dengan angka stunting yang masih tinggi.
“Kita berharap, dengan edukasi seputar pencegahan stunting ini, anak-anak muda kita makin memahami cara mengasuh dan merawat baduta (bawah dua tahun) agar nantinya anak-anak mereka tumbuh secara sehat, norma, dan bebas dari stunting,” ucap Usman.
Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin dalam pidato sambutan Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 pada 2023 di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis (6/7/2023) juga mengimbau keluarga Indonesia terus memperkaya pengetahuan tentang pemenuhan gizi dan pengasuhan anak agar optimal.
"Saya minta petugas kesehatan untuk menyediakan informasi yang mudah dipahami dan lengkap terkait hal tersebut, baik secara langsung maupun melalui portal-portal digital," kata Wapres.
Terkait hal tersebut, Kemenkominfo hingga kini terus melakukan terobosan di bidang komunikasi publik, salah satunya menggunakan media baru. Sejak 2019, Direktorat Jenderal IKP Kemenkominfo mengembangkan program Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) sebagai sarana edukasi stunting.
Melalui beragam konten digital, Genbest mendorong masyarakat dari segala usia untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam keseharian. Caranya dengan menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, serta memberikan pengetahuan kesehatan mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat.
Semua dilakukan dengan kemasan menarik dan sederhana. Genbest menggunakan berbagai kanal dan platform untuk mendiseminasikan informasi terkait stunting, mulai dari website genbest.id, Instagram, Tiktok, Youtube, hingga Twitter.
Selain itu, sejak 2017 hingga 2023 bekerja sama dengan stakeholder lain, Kemenkominfo juga telah melakukan sosialisasi secara tatap muka kepada masyarakat di 176 kabupaten/kota yang menjadi lokasi prioritas intervensi stunting. Kemenkominfo juga mensosialisasikan isu stunting kepada publik melalui media mainstream seperti televisi, radio, media cetak, serta media luar ruang.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 24 bulan atau dua tahun. Saat ini, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Sejauh ini berdasarkan SSGI 2022, sebanyak 28 provinsi sudah berhasil menurunkan angka stunting. Untuk daerah dengan populasi terbanyak di Indonesia angka stunting dari tahun 2021 ke 2022 turun. Misalnya di Jawa Barat dari 24,5 persen menjadi 20,2 persen, dan Jawa Timur 24,8 persen menjadi 19,2 persen.
Selain itu, tiga provinsi mengalami penurunan angka stunting paling signifikan, yaitu Kalimatan Selatan sebanyak 30 persen turun menjadi 24,6 persen, Kalimantan Utara dari 27 persen menjadi 22,1 persen; serta Sumatra Selatan dari 24,8 persen menjadi 18,6 persen.
Angka stunting mendesak untuk ditekan karena Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Jika bonus demografi ini dapat dikelola dengan baik maka akan menjadi modal penting bagi keberhasilan pembangunan menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.
Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo dalam Rapat Program Bangga Kencana, Januari 2023 lalu, mengatakan kualitas keluarga, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci bagi Indonesia untuk berkompetisi, bersaing dengan negara-negara lain. Terkait dengan hal itu, pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menekan angka stunting.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam siaran persnya menyatakan, kondisi kependudukan Indonesia saat ini mengalami titik balik dikarenakan program Keluarga Berencana selama ini sudah sukses mengantarkan kepada TFR (Total Fertility Rate) Nasional di angka 2,14.
Menurutnya, kualitas penduduk dan kualitas keluarga memegang peranan penting dalam pemanfaatan kesempatan bonus demografi yang harus dapat ditranformasikan menjadi bonus kesejahteraan. "Sehingga tantangan tidak lagi terfokus pada pengendalian kuantitas penduduk," kata Hasto.
Editor : Rizqa Leony PutriMPI Marketing