TRIPOLI, iNewsMalang.id - Banjir bandang di Libya telah menelan korban sekitar 20.000 nyawa di kota Derna, yang terletak di wilayah timur negara tersebut. Bencana alam ini melanda seluruh wilayah kota, menenggelamkan penduduknya dan melibatkan banyak orang yang hilang tersapu oleh arus menuju laut. Sejauh ini, lebih dari 10.000 orang masih belum ditemukan. Lalu, apa sebenarnya yang menjadi penyebab banjir bandang yang melanda Libya ini? Berikut adalah empat fakta terkait peristiwa tersebut.
- Dipicu oleh Badai Daniel
Badai hebat bernama Daniel telah menyapu Libya setelah sebelumnya melanda negara-negara di sekitarnya di kawasan Mediterania. Badai ini menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi ketika mencapai daratan Libya. Hujan deras ini mengisi sungai-sungai kering yang biasanya mengalir di perbukitan sebelah selatan Derna. Volume air yang sangat besar ini menjadi terlalu berat bagi dua bendungan yang seharusnya melindungi kota dari potensi banjir. Akibatnya, bendungan-bendungan tersebut jebol dan memicu aliran air deras yang melanda seluruh kota. Kepala Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan bahwa banyak korban jiwa bisa saja dihindari jika negara yang tengah terpecah-belah dan dilanda konflik serta kekacauan selama 12 tahun memiliki sistem peringatan cuaca yang berfungsi dengan baik.
Sebuah studi tahun lalu oleh ahli hidrologi Abdelwanees A. R. Ashoor dari Universitas Omar Al-Mukhtar Libya juga telah mengingatkan bahwa banjir berulang di dasar sungai musiman, atau yang dikenal dengan wadi, adalah ancaman serius bagi Derna. Studi tersebut mencatat sejumlah lima banjir yang terjadi sejak tahun 1942 dan memperingatkan perlunya tindakan darurat untuk memastikan pemeliharaan rutin terhadap bendungan-bendungan tersebut.
- Setengah Bagian Kota Derna Hancur
Sebagian besar kota Derna, yang menghuni sekitar seperempat atau lebih dari populasi totalnya, telah hancur akibat banjir bandang ini. Sekurang-kurangnya 30.000 orang telah terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Daerah yang terkena dampak paling parah adalah sepanjang tepian sungai yang membelah pusat kota. Tanggul dan seluruh lingkungannya di atasnya hancur atau terbawa arus. Infrastruktur penting seperti jembatan kota juga ikut rusak parah. Banjir meluluhlantakkan pohon-pohon dan merusak ratusan kendaraan, banyak di antaranya terbalik atau tertimbun lumpur. Salah satu mobil bahkan ditemukan terperangkap di balkon lantai dua sebuah gedung. Sebagian besar kota ini saat ini tertutup oleh lapisan lumpur. Suplai listrik dan air telah terputus setelah banjir. Meskipun begitu, pada hari Rabu, beberapa layanan listrik dan internet telah pulih.
- Lebih dari 20.000 Orang Meninggal
Berbagai pihak melaporkan jumlah korban tewas dan hilang dengan angka yang berbeda-beda, tetapi semuanya dalam ribuan. Salah satu laporan jumlah korban jiwa terbesar berasal dari Walikota Derna, Abdulmenam Ghaithi, yang menyebutkan bahwa perkiraan jumlah kematian berkisar antara 18.000 hingga 20.000 orang, berdasarkan wilayah yang terkena dampak. Sementara itu, Hichem Abu Chkiouat, Menteri Penerbangan Sipil pemerintah timur Libya, melaporkan lebih dari 5.300 orang tewas, dan ia memperingatkan bahwa jumlah ini masih mungkin meningkat secara signifikan, bahkan bisa dua kali lipat. Pada hari Rabu, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan perkiraan mereka, yang mencatat lebih dari 2.000 kematian dan setidaknya 5.000 orang hilang. Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) juga melaporkan pada hari Selasa bahwa sekitar 10.000 orang diperkirakan hilang.
- Kerusakan Infrastruktur yang Parah
Kerusakan infrastruktur, termasuk jalan dan jembatan, sangat parah dan telah menghambat upaya bantuan. Ketiga jembatan di Derna hancur, membuat akses ke kota semakin sulit. Situasi ini semakin rumit karena perpecahan politik yang telah lama terjadi. Meskipun kota Derna berada di bawah pemerintahan timur Libya, pemerintah barat yang berbasis di Tripoli telah mengirimkan bantuan ke kota tersebut. Para pejabat Libya telah menekankan perlunya dukungan pencarian dan penyelamatan, dan tim penyelamat dari berbagai negara, seperti Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar, telah tiba untuk membantu. Tim penyelamat juga meminta lebih banyak kantong jenazah mengingat banyaknya jenazah yang belum ditemukan.
Dalam kondisi yang belum pasti ini, Wali Kota Derna Ghaithi juga mengungkapkan keprihatinannya tentang potensi wabah penyakit yang bisa muncul. Pihak berwenang Libya menyatakan bahwa ini merupakan bencana terbesar yang pernah dialami oleh negara ini. Namun, respons terhadap bencana ini terhambat oleh situasi politik yang terpecah-belah. Libya telah terjerumus dalam konflik dan kekacauan sejak tahun 2011 ketika diktator lama, Muammar Gaddafi, digulingkan dalam pemberontakan yang merobohkan negara Afrika Utara ini dan menciptakan sejumlah milisi bersenjata yang bersaing untuk memperebutkan kekuasaan. Meskipun Derna berada di bawah pemerintahan timur, pemerintah barat yang berbasis di Tripoli tetap berupaya memberikan bantuan kepada kota ini.
Editor : Arif Handono