get app
inews
Aa Text
Read Next : Stasiun Jagalan Malang Kini Jadi Permukiman Warga, Dahulu Bangunan Penting Perkeretaapian 

Cerita Masinis Pertama KA Gajayana : Berjalan Lambat dan Bunyikan Klakson Lewat Jalur Rawan

Jum'at, 01 November 2024 | 12:53 WIB
header img
Masinis KA Gajayana pertama

MALANG, iNewsmalang.id - Kereta Api (KA) Gajayana genap berusia 25 tahun beroperasi melayani masyarakat pada relasi Stasiun Malang - Jakarta Gambir. Kereta api ini resmi beroperasi pada 28 Oktober 1999, atau pada pekan lalu genap berusia 25 tahun atau seperempat abad beroperasi, yang menjadi kereta api favorit turis - turis asing atau mancanegara.

Catur Munanto, masinis pertama KA Gajayana mengisahkan, bagaimana awal mula kereta api ini beroperasi menggunakan lokomotif CC203 yang masih dioperasikan manual, tidak seperti sekarang yang sudah menggunakan layar monitor.

"Awal-awal itu persiapannya seminggu saja, dari Malang sampai Madiun, terus Yogya, karena nggak mengenal medan. Saat itu keberangkatan pertama kereta api ia masih ingat pada pukul 16.00 WIB, darı Stasiun Malang Kota," ujar Catur Munanto.

Pihaknya sendiri memegang kendali kereta api darı Stasiun Malang hingga Stasiun Tugu Yogyakarta, dengan estimasi perjalanan 7 jam 20 menit. Dimana awal-awal, ia harus melaju pelan demi menghafal trek rel kereta api.


KA Gajayana relasi Stasiun Malang - Yogyakarta

"Pertama kali menjalankan KA Gajayana jalurnya bervariasi, treknya masih rendah sekali, Malang - Blitar itu cuma (kecepatan) 50 km per jam, terus Blitar sampai Kediri itu (kecepatan) 60, Kediri - Kertosono 70, kalau sudah Kertosono lepas itu 80," paparnya.

Jalur baru dan kereta baru membuat Catur, harus menghafal betul jalur dan persinyalan di sepanjang rel. Ia mengisahkan, bagaimana saat akan memasuki stasiun harus pelan-pelan, guna memastikan sinyal diterima.

"Waktu awal-awal kedudukan sinyal-sinyal kita masih belum hafal, makanya kalau mau masuk stasiun kita pelan-pelan, melihat sinyal-sinyal," ucapnya.

Belum lagi karena kereta eksekutif maka kecepatannya untuk saat itu sudah tinggi, sehingga dirinya juga harus mewaspadai perlintasan kereta api sebidang dengan jalan, baik yang dijaga petugas atau ada palang pintu maupun yang tidak terjaga.

"Yang tidak terjaga maupun yang terjaga, sudah tertutup atau nggak itu harus hati-hati. Itu awal-awal kayak gitu," ucap pria berusia 65 tahun saat ini.

Belum lagi ada jalur-jalur rawan kejahatan hingga kecelakaan di beberapa petak. Dirinya mengingat, bagaimana jalur-jalur rawan di antaranya Rejotangan, Tulungagung, yang masih persawahan dan hutan-hutan. Tapi selama perjalanan ia mengaku tak pernah menjadi objek pelemparan batu, sebab keretanya merupakan eksekutif, yang jarang diakses orang-orang kelas menengah ke bawah.

"Kalau KA Gajayana itu aman-aman saja, tidak kena pelemparan suporter. Itu kebanyakan kereta ekonomi, daerah rawan kita klakson semboyan 35, biasanya di Rejotangan, Tulungagung, Kertosono, Wilangan, Madiun kita klakson," ucapnya.

Sejumlah faktor itulah yang membuat waktu tempuh perjalanan dari Malang ke Yogyakarta, cukup lama. Saat itu perjalanan Malang Yogyakarta saja kata Catur memerlukan waktu 7 jam perjalanan.

"Sampai Yogyakarta itu pukul 11.20 malam. Waktu tempuh perjalanan 7 jam 20 menit. Tapi nggak bisa tepat waktu, estimasi 8 jam," tukasnya.

Editor : Avirista Midaada

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut