Tiga Spesies Elang Jawa Ditemukan di Kota Batu, Begini Ciri-cirinya

Edi Purwanto, Avirista Midaada
Elang Jawa (Foto: TNBTS)

KOTA BATU, iNewsMalang.id - Aktivis Profauna Indonesia menemukan tiga spesies Elang Jawa di hutan Gunung Pucung, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sebanyak 12 kamera trap milik Profauna Indonesia merekam hewan endemik Pulau Jawa yang identik dengan burung Garuda itu. “Hasilnya sementara kami temukan ada tiga ekor spesies Elang Jawa di dalam hutan,” kata Pendiri Profauna Indonesia, Rosek Nursahid, Senin (21/8/2023).

Aktivis Profauna selain melakukan pengamatan dengan kamera trap, juga turun langsung ke hutan Pucung untuk mengamati populasi Elang Jawa.

 

Pemantauan Elang Jawa di Gunung Pucung, Kota Batu (Profauna Indonesia)

"Kalau kamera trap itu bukan untuk Elang Jawa, tapi untuk mamalia darat seperti kijang, kancil, dan lain-lain," ujar Rosek.

 Elang Jawa salah satu spesies yang masuk dalam kategori terancam punah berdasarkan ketetapan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN).“Maka dari itu fungsi dari Hutan Gunung Pucung yang merupakan bagian atau gugusan dari Gunung Arjuno ini perlu dijaga,” kata Rosek dikutip dari Okezone.

Dilansir wikipedia, Elang Jawa memiliki tubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap.

Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.

Ketika terbang, elang jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung tampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil. Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya

 

"Elang Jawa itu kan sangat mirip dengan penggambaran Burung Garuda mulai dari tanduknya hingga paruhnya,” lanjut Rosek. Menurut Rosek, ekosistem Hutan Lereng Gunung Pucung sangat penting dijaga agar populasi dari Elang Jawa tidak punah. “Profauna juga melakukan pendampingan terhadap Kelompok Petani Hutan (KPH) agar mereka memperhatikan sisi atau fungsi ekologis dari hutan tersebut,” pungkasnya.

Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network