JAKARTA, iNewsMalang.id – Legenda tentang sebuah batu di Kampung Cibatu Iuh, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat beberapa waktu lalu viral di media sosial dan menjadi perbincangan warganet karena ukurannya yang sangat besar.
Menurut sejaarah, batu itu dikenal sebagai Batu Iuh dan sudah ada sejak dulu. Saat ini, tatkala terjadi musibah gempa bumi, kisah mistis dari batu itu menjadi daya tarik tersendiri untuk mengundang rasa penasaran masyarakat.
Diketahui, Cianjur diguncang gempa M5,6. Ratusan warga meninggal dunia. Sementara belasan ribu warga mengungsi akibat rumah mereka luluh lantak diguncang gempa.
Sedari dulu, Batu Iuh dipakai warga untuk berteduh atau beristirahat yang akan atau setelah berjualan. Bahkan, nama kampungnya dinamakan Kampung Cibatu karena batu itu sering digunakan untuk berteduh.
Batu ini memiliki tinggi 15 meter dan berada di kemiringan sekitar 40 derajat. Namun, batu raksasa ini tahan terhadap gempa.
Saat gempa bumi pada 2009 di Tasikmalaya yang bermagnitudo 7,4, itu tidak membuat batu tersebut bergeser sedikit pun. Padahal saat itu, beberapa titik di wilayah sempat longsor dan menimbun sejumlah warga.
Tak hanya itu, batu ini memiliki mitos yang diyakini masyarakat di sana. Bahwa, batu tersebut merupakan jelmaan ular buntung dan peliharaan sosok yang memiliki tubuh tinggi serta besar.
Berdasarkan mitos tersebut, banyak masyarakat yang menyimpan sesajen di bawah Batu Iuh. Ada juga yang menjadikan batu itu sebagai batu pemujaan.
Pada masa sekarang, tradisi itu tidak dilakukan lagi. Akan tetapi, batu tersebut masih menyimpan kisah mistis.
Terdapat kisah apabila warga terlalu bising, tidak menjaga etika, atau berbicara sembarangan maka orang itu akan sakit keras secara tiba-tiba.
Semenjak viral di media sosial, banyak dari warga daerah lain datang mengunjungi Batu Iuh untuk foto di bawahnya.
Video penampakan batu itu awalnya diunggah oleh akun TikTok dengan nama pengguna @ajahcingkareng. Unggahannya ini berhasil mendapatkan 4,7 juta penayangan sampai berita ini ditulis.
Wallahu a'lam bishawab
Editor : Arif Handono