BLITAR, iNewsMalang.id – Tanaman Obat Keluarga (Toga) semakin menarik minat para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya dengan beraneka produk olahan yang modern.
Demikian halnya dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah Makmur bersama Bumdes dan segenap perangkat desa Kotes, kecamatan Gandusari, kabupaten Blitar, turut antusias mengikuti pelatihan Leather Toga, kemaren (26/11/2022).
Pelatihan dilaksanakan di Inkubator Bisnis Pangan yang dikelola oleh Prof. Wahono, salah seorang dosen senior di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) Malang.
Segenap pencetus pelatihan Leather Toga dari kalangan ilmuwan FTP UB Malang di Inkubator Bisnis Pangan kabupaten Blitar
Di samping itu, Prof. Wahono juga memiliki lokasi pengolahan teknologi hasil pertanian atau ruang praktik di Bumdes Makmur Abadi, desa Bendosari, kecamatan Sanankulon, kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Kegiatan tersebut diprakarsai oleh seluruh dosen (FTP UB) Malang yang hampir semuanya bergelar Doktor, atas komando dari Pembantu Dekan FTP UB, Prof. Tety.
Kepala Desa (Kades) Kotes, Maryana, SE menyampaikan bahwa Leather Toga merupakan produk olahan yang bahan bakunya dari Tanaman Obat Keluarga (Toga), “Bahan bakunya dari Toga dan bentuknya seperti kulit alias tipis,” paparnya.
“Cara membuat produk Leather Toga ini menggunakan tehnologi tepat guna dengan tetap menjaga hiegenitas produk,” jelasnya menambahkan.
Tentu ini adalah sesuatu yang menarik, mengingat negara kita adalah negara agraris. Peluang besar untuk mampu mengolah hasil pertanian dengan teknologi sesuai kebutuhan sebab bahan bakunya telah tersedia berlimpah ruah dari sumber daya alamnya.
“Desa Kotes ingin mengembangkan produk olahan Toga dengan konsep, Jadikan Makanan dan Minuman Menjadi Obat, Jangan jadikan Obat menjadi Makanan dan Minuman,” tegas Kades Kotes.
Guna mewujudkan hal tersebut, kemaren (26/11/2022) Pemerintah Desa (Pemdes) Kotes mengadakan pelatihan pembuatan Leather Toga, “Ini merupakan realisasi MOU antara Pemdes Kotes dengan FTP UB Malang,” terangnya.
Peserta pelatihan berjumlah 30 orang, “Terdiri dari perwakilan tiap KWT yang ada di tiap RT, wilayah desa Kotes,” pungkasnya.
Editor : Arif Handono