Cara Binus Malang Cetak Wirausaha Muda Atasi Pengangguran Terbuka

MALANG,iNewsmalang.id - Perguruan tinggi menjadi elemen penting di tengah maraknya pengangguran dan sulitnya akses mencari pekerjaan, termasuk di Malang. Dari sanalah perguruan tinggi swasta di Malang Binus University mencoba menerapkan sistem pembelajaran kekinian demi mencetak enterpreneur atau wirausahawan muda yang siap membangun bisnisnya.
Kepala Program Studi Entrepreneurship Business Creation Binus University, Etsa Astrid Setiyati menjelaskan, pengenalan program enterpreneurship menghadirkan beberapa produk kreativitas dan usaha yang dibuat mahasiswanya. Dimana produk-produk itu dikenalkan ke para siswa SMA dan masyarakat umum, supaya lebih mengenal produknya.
“Program ini kami jalankan selama dua minggu penuh, termasuk trial class, produk exhibition dari program mahasiswa yang sedang menempuh Enrichment Track Entreprenuership, hingga berbagai workshop,” ujar Etsa, pada Sabtu (26/7/2025).
Menurutnya, dengan sudah terakreditasi internasional dari Assosiation to Advance Collegiate School of Business (AACSB), yang diterima Program Studi (Prodi) Enterpreneurship Business Creation menjadi salah satu tantangan mahasiswa agar berlomba menciptakan kreativitas dan ide-ide bisnisnya.
"Akreditasi ini hanya dimiliki kampus-kampus seperti UGM, UI, ITB, dan Binus University jadi salah satu di antaranya. Ada berbagai kegiatan yang tujuannya memperkenalkan apa itu entrepreneur, business creation, belajarnya apa saja, prosesnya bagaimana, nah itu yang kami kenalkan di Entrepreneurial Odysseys,” jelasnya.
Sementara itu, Bisnis Advisor Produ Entrepreneurshi Business Creation Binus University, Audio Valentiono Himawan menjelaskan bahwa pendekatan pendampingan ini tidak terbatas dengan enrichment atau mata kuliah kewirausahaan saja, tetapi sejak awal masuk kuliah akan didampingi oleh dosen yang memang bersertifikat dan profesional di bidang tersebut. Pendampingan ini meliputi semua aspek bisnis seperti manajemen, keuangan, pemasaran hingga sumber daya manusia (SDM).
“Sejak awal masuk, mahasiswa sudah didampingi oleh coach atau mentor yang ahli di berbagai bidang bisnis. Ini bentuk keseriusan kami dalam mencetak entrepreneur muda yang mampu bersaing di dunia profesional,” ujar Dio.
Tiga mahasiswa dan juga alumni binus dihadirkan di acara ini untuk memaparkan kisah sukses mereka membangun usaha berkat ekosistem dukungan dari kampus.
Kun Sentanawan, alumni Binus sekaligus owner dari Wiska Company membagikan kisah usaha mereka yang dibangun sejak SMA atau sekitar 2014 silam. Wiska Company ini bergerak di bidang jasa, pembuatan tas custom atau clothing line, instansi hingga merchandise band dan komunitas.
Kun menyampaikan rahasia mengenai kenapa bisnisnya bisa eksis hingga saat ini. Menurutnya, ia melakukan riset yang unik mengenai dunia bisnis busana. Ia memilih bisnis tas karena dinilai jarang dan rumit dalam segi pembuatan.
Terlebih lagi, Kun menekankan pelayanan pada Wiska Company setiap pelanggan dan mengevaluasi secara terus menerus agar tetap eksis hingga saat ini.
“Dulu saya pikir sudah menjalankan bisnis, ternyata hanya sebatas dagang saja. Ketika kuliah saya belajar membangun sistem manajerial, SOP, KPI dan saat ini bisnis saya bisa semi-autopilot,” ucap Kun.
Owner Brilla Futura, Bintang Putra Anugerah menjelaskan bahwa bisnisnya pada bidang event organizer (EO), sewa peralatan hingga wedding organizer (WO) serta MICE. Ia menambahkan bahwa bisnisnya dibangun sejak 2018, bahkan bisnisnya pernah menangani proyek berskala nasional.
“Kami pernah diberi kepercayaan oleh Presiden Jokowi menangani Hari Santri Nasional, hingga project susu Zee. Project susu Zee ini bisa menutup omzet sekitar 2,5 Miliar setiap project susu Zee,” jelasnya.
Bintang juga menuturkan bahwa saat ini dirinya tengah mengembangkan bisnis Wedding Organizernya yang dimentori dari Binus University.
Berbeda dengan yang lain, Akbar Naufaldy membangun bisnis pada platform desain digital yaitu Canva. Ia memanfaatkan peluang di platform Canva dengan menjual produk digital seperti template presentasi, desain, hingga feed sosial media.
“Dulu sempat diremehkan, desainer kok pakai Canva. Tapi saya melihat peluang besar di situ, dari situ saya memulai bisnis dengan membuat produk digital yang ternyata diminati oleh pasar global,” katanya Naufal.
Ia juga mengakui bahwa dukungan dari tenaga pendidik di perkuliahan dalam bentuk coaching, diskusi bersama, dan mentoring oleh dosen Binus University Malang membantu dalam mematangkan strategi bisnisnya. Menurutnya, peran dosen tidak hanya sekedar akademik, namun memberikan wisdom dan arahan dalam menyeimbangkan idealis dan kepemimpinan bisnis.
“Bisnis bukan hanya sekedar omzet, tetapi juga
leadership dan sistem,” tutupnya.
Editor : Avirista Midaada