PAHANG, iNewsMalang.id - Sholat berjamaah adabnya terpisah antara jamaah laki-laki dengan perempuan. Namun dalam video yang viral di negeri jiran ini berbeda. Video yang telah beredar di media sosial menunjukkan seorang perempuan Muslim yang tampaknya sedang menjalankan sholat bersama sekelompok pria di ruang yang sama, padahal hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam.
Video tersebut memicu kontroversi dengan banyak netizen yang bertanya-tanya bagaimana perempuan tersebut diizinkan masuk ke area laki-laki. Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) mengetahui postingan kontroversial tersebut dan merilis pernyataan untuk mengatasi situasi tersebut. Demikian dikutip dari Hype Malaysia, Kamis (5/10/2023).
SOURCE: FACEBOOK/HYPE MAlaysia
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di halaman Facebook resmi mereka kemarin (Rabu, 4 Oktober), JAKIM menjelaskan bahwa kelompok dalam video tersebut merupakan individu dalam komunitas LGBTQ+ di mana sebagian besar pesertanya adalah individu transgender yang melakukan sukarelawan, termasuk perempuan dengan hijab ungu.
Kelompok tersebut dikatakan sedang mengikuti program tobat dan rehabilitasi di Cameron Highlands, Pahang, yang diselenggarakan oleh JAKIM, Universitas Islam Internasional Malaysia (UIA), Persatuan Insaf Pahang NGO (Organisasi Non-Pemerintah), dan lembaga serta instansi lokal lainnya.
Mengenai sholat berjemaah antara laki-laki dan perempuan yang dituduhkan, JAKIM menjelaskan bahwa hal itu diizinkan karena individu transgender yang menjadi peserta masih secara resmi dianggap "laki-laki" pada saat lahir. "Proses pendidikan dan rehabilitasi akan memerlukan waktu dan usaha, mari kita semua berdoa untuk mereka bersama-sama," tulis lembaga federal tersebut.
SOURCE: X/HYPE MALAYSIA
Netizen mengucapkan terima kasih kepada JAKIM atas penjelasan mengenai postingan viral tersebut, sementara banyak yang mengutuk orang yang merekam peserta dan mempostingnya online untuk menyebarkan kebencian dan fitnah. Sayangnya, tidak ada informasi tentang di mana dan kapan video asli tersebut diposting atau apa motif sebenarnya dari berbagi program pribadi tersebut.
Editor : Arif Handono