Logo Network
Network

Hikayat Hilangnya Azan di Negeri Tiga Singa

Bima Setyadi
.
Sabtu, 26 Februari 2022 | 08:25 WIB
Hikayat Hilangnya Azan di Negeri Tiga Singa
Masjid Sultan di Singapura. Foto/hotels.com

SINGAPURA, iNewsMalang.id -  Umat Islam di Singapura adalah minoritas. Tapi dulu, bumi tiga Singa adalah rumah besar bagi suku Melayu yang didominasi pemeluk agama Islam. Namun sejak serangan teroris di gedung World Trade Centre (WTC) Amerika Serikat (AS) pada 11 November 2001, suara azan mulai tidak terdengar di bumi Melayu Singapura. Amerika Serikat kemudian menggelar kampanye besar-besaran melawan teror di berbagai penjuru dunia, termasuk menggulingkan pemerintahan Taliban di Afghanistan. Kampanye perang melawan teror yang diusung AS semakin menyudutkan umat Islam. Media Barat juga turut mengaitkan gerakan teror dengan Islam.

Bagi umat Islam di Singapura yang minoritas, tuduhan tersebut terasa berat karena mereka hidup di sebuah negara sekuler yang selama ini dikenal sebagai negara sekutu Amerika-Israel yang selalu berpandangan negatif terhadap Islam.  Apalagi tuduhan tidak mengenakkan itu sering disampaikan secara vulgar oleh para pejabat Singapura dan menyarankan agar umat Islam di negara Singapura mengembangkan sikap toleran dalam rangka mewujudkan integrasi nasional di tengah-tengah masyarakat Singapura.

Dilansir Sindonews, pada 14 Juli 2010, Menteri Kanan Goh Chok Tong menjelaskan masjid dan surau di Singapura tidak lagi menggunakan pengeras suara untuk azan dan ceramah sebagai tanda menghormati kenyamanan penduduk yang mayoritasnya terdiri non muslim. Sekadar diketahui, umat muslim di sana hanya berkisar sekitar 15%. Majelis Ulama Islam Singapura, lembaga semacam Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memegang penuh otoritas beragama Islam saat itu tidak bisa berbuat banyak atas hilangnya jejak azan di Singapura dan menerima hakikat bahwa Singapura adalah negara pelbagai kaum dan agama dengan kewujudan ruang bersama dan sekular untuk semua. Kendati demikian, rupanya tidak semua masjid dilarang adzan menggunakan speaker atau pengeras suara.

Dari 69 masjid, hanya satu yang diperbolehkan, yaitu Masjid Sultan yang melantunkan azan dengan pengeras suara di menara masjid sehingga dapat didengar dari jarak yang sangat jauh. Masjid tertua yang terletak di sekitar Arab Street itu hingga kini menjalankan fungsi azan sebagai pengingat dan pemanggil. Demikianlah sejarah singkat hilangnya jejak azan di Singapura dilansir dari berbagai sumber. Semoga Indonesia sebagai negara mayoritas Islam bisa tetap mempertahankan fungsi adzan sebagai pengingat dan panggilan salat meski saat ini pemerintah telah mengeluarkan aturan pengguanaan speaker masjid dan musala. iNews Malang

Editor : Arif Handono

Follow Berita iNews Malang di Google News

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.