MALANG, iNewsMalang.id - Di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, cerita mengenai penanganan kebakaran menjadi sebuah narasi epik yang melibatkan Relawan Masyarakat Peduli Api (MPA) dan masyarakat sekitar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bukan hanya saksi bisu, tetapi berdiri kokoh di garis terdepan untuk memadamkan api, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya sulit dijangkau.
Pemandangan yang bisa kita saksikan di blok Jemplang, Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang, memperlihatkan bahwa mayoritas para relawan ini adalah para pelaku wisata dan pengelola destinasi di sekitar Gunung Bromo, termasuk dalam barisan mereka adalah komunitas jeep Bromo Tengger 4 X 4. Mereka tampil khas dengan sarung yang diikat di leher, sesuai dengan tradisi masyarakat Tengger, dan jaket tebal sebagai perisai dari cuaca dingin. Mereka dengan mudah terbedakan dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang memakai seragam oranye, serta para anggota instansi resmi lainnya.
Para sopir jeep ini bersatu dengan petugas lainnya, menggunakan peralatan yang sederhana, bahkan pakaian yang tak sesuai standar keselamatan. Beberapa relawan yang berasal dari masyarakat desa sekitar hanya mengenakan sandal jepit, tanpa sepatu pelindung, dan beberapa lainnya bahkan mengenakan celana pendek, yang jelas-jelas jauh dari standar keselamatan. Wildan Hangga, seorang relawan dari komunitas jeep Bromo Tengger Semeru, mengakui bahwa banyak anggota komunitas dan masyarakat setempat hanya memiliki peralatan seadanya, bahkan yang melekat erat pada tubuh mereka. Meskipun begitu, semangat mereka untuk memadamkan api terus berkobar.
Editor : Arif Handono