4 Fakta Banjir Bandang Libya, Korban Jiwa Tembus 20.000 Orang

Edi Purwanto, Sindonews.com
Seorang warga berada di tepi pantai menyaksikan bangkai mobil yang terseret banjir bandang. Foto:tangkapan layar Sindonews
  1. Lebih dari 20.000 Orang Meninggal

Berbagai pihak melaporkan jumlah korban tewas dan hilang dengan angka yang berbeda-beda, tetapi semuanya dalam ribuan. Salah satu laporan jumlah korban jiwa terbesar berasal dari Walikota Derna, Abdulmenam Ghaithi, yang menyebutkan bahwa perkiraan jumlah kematian berkisar antara 18.000 hingga 20.000 orang, berdasarkan wilayah yang terkena dampak. Sementara itu, Hichem Abu Chkiouat, Menteri Penerbangan Sipil pemerintah timur Libya, melaporkan lebih dari 5.300 orang tewas, dan ia memperingatkan bahwa jumlah ini masih mungkin meningkat secara signifikan, bahkan bisa dua kali lipat. Pada hari Rabu, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan perkiraan mereka, yang mencatat lebih dari 2.000 kematian dan setidaknya 5.000 orang hilang. Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) juga melaporkan pada hari Selasa bahwa sekitar 10.000 orang diperkirakan hilang.

  1. Kerusakan Infrastruktur yang Parah

Kerusakan infrastruktur, termasuk jalan dan jembatan, sangat parah dan telah menghambat upaya bantuan. Ketiga jembatan di Derna hancur, membuat akses ke kota semakin sulit. Situasi ini semakin rumit karena perpecahan politik yang telah lama terjadi. Meskipun kota Derna berada di bawah pemerintahan timur Libya, pemerintah barat yang berbasis di Tripoli telah mengirimkan bantuan ke kota tersebut. Para pejabat Libya telah menekankan perlunya dukungan pencarian dan penyelamatan, dan tim penyelamat dari berbagai negara, seperti Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar, telah tiba untuk membantu. Tim penyelamat juga meminta lebih banyak kantong jenazah mengingat banyaknya jenazah yang belum ditemukan.

Dalam kondisi yang belum pasti ini, Wali Kota Derna Ghaithi juga mengungkapkan keprihatinannya tentang potensi wabah penyakit yang bisa muncul. Pihak berwenang Libya menyatakan bahwa ini merupakan bencana terbesar yang pernah dialami oleh negara ini. Namun, respons terhadap bencana ini terhambat oleh situasi politik yang terpecah-belah. Libya telah terjerumus dalam konflik dan kekacauan sejak tahun 2011 ketika diktator lama, Muammar Gaddafi, digulingkan dalam pemberontakan yang merobohkan negara Afrika Utara ini dan menciptakan sejumlah milisi bersenjata yang bersaing untuk memperebutkan kekuasaan. Meskipun Derna berada di bawah pemerintahan timur, pemerintah barat yang berbasis di Tripoli tetap berupaya memberikan bantuan kepada kota ini.



Editor : Arif Handono

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network