InewsMalang.id- Singo Edan selama ini banyak dikenal hanya sebagai julukan team sepak bola dari Malang Raya, Arema. Arema sendiri sebenarnya bukan hanya sekedar nama klub sepak bola. Istilah ini lebih luas berakar dari kultur atau budaya dalam lingkungan Arek Malang. Klub bola Arema dikenal atau berjuluk juga dengan team Singo Edan. Julukan ini juga memiliki akar sejarah budaya yang panjang di wilayah Malang Raya sendiri
Namun banyak yang tidak tahu, Singo Edan adalah salah satu ilmu kesaktian yang berkembang di wilayah Malang dan Jawa Timur pada umumnya. Ilmu ini adalah ilmu yang memuja kesaktian yang bisa dikategorkan masuk dalam aliran Bhirawa Tantra.
Aliran Bhairawa secara khusus memuja kehebatan atau kesaktian, dengan cara-cara khusus. Bhairawa berkembang di wilayah Cina, Tibet dan Indonesia.
Akar Ilmu Singo Edan yang berasal dari aliran Bhirawa Tanrtra ini sudah berkembang di Malang sejak jaman Kerajaan Singosari pada jaman Kertanegara. Kertanegara menganut Bhairawa Kalacakra untuk mengimbangi kekuatan Kaisar Khu Bhi Lai Khan di Cina yang menganut Bhairawa Heruka.
Kebo Paru, Patih Singasari menganut Bhairawa Bhima untuk mengimbangi Raja Bali yang kharismanya sangat tinggi pada zaman itu. Adityawarman menganut Bhairawa Kalacakra untuk mengimbangi raja-raja Pagaruyung di Sumatra barat yang menganut Bhairawa Heruka.
Aliran-aliran Bhairawa cenderung bersifat politik, untuk mendapatkan kharisma besar yang diperlukan dalam pengendalian pemerintahan dan menjaga keamanan wilayah kekuasaan (kerajaan).
Raja Singosari, Kertanegara adalah seorang penganut setia aliran Budha Tantra. Prasasti tahun 1289 pada lapik arca Joko Dolok di Surabaya menyatakan bahwa Krtanegara telah dinobatkan sebagai Jina (Dhyani Buddha) yaitu sebagai Aksobya, dan Joko Dolok itu adalah arca perwujudannya. Sebagai Jina, Kertanegara bergelar Jnanaciwabajra.
Setelah wafat ia dinamakan Çiwabuddha yaitu dalam kitab Pararaton dan dalam Nagarakartagama, Mokteng (yang wafat di) Çiwabuddhaloka sedangkan dalam prasasti lain, Lina ring (yang wafat di) Çiwabuddhalaya. Kertanegara dimuliakan di Candi Jawi sebagai Bhatara Çiwabuddha/ SiwaBuddha di Sagala bersama dengan permaisurinya Bajradewi, sebagai Jina (Wairocana) dengan Locana dan di Candi Singosari sebagai Bhaiwara.
Di nusantara masuknya saktiisme, Tantrisma dan Bhairawa, dimulai sejak abad VII melalui Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, sebagaimana diberikan terdapat pada prasasti Palembang tahun 684, berasal dari India Selatan dan Tibet.
Dari bukti peninggalan purbakala dapat diketahui ada tiga peninggalan purbakala, yaitu Bhairawa Heruka yang terdapat di Padang Lawas Sumatra Utara, Bhairawa Kalacakra yang dianut Kertanegara – Raja Singasari Jawa Timur, serta oleh Adityawarman pada zaman Gajah Mada di Majapahit, dan Bhairawa Bima di Bali yang arcanya kini ada di Kebo Edan – Bedulu Gianyar.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait