BLITAR, iNewsMalang.id – Bernasib piatu, tentu bukan sebuah keinginan dari tiap anak manusia. Semua anak membutuhkan kehadiran sosok ibu dalam tumbuh kembangnya, kiranya merupakan hal yang fitrah dalam kehidupan manusia.
Masih memperingati Hari Sumpah Pemuda, Tim iNews Malang kali ini mengangkat perjuangan hidup seorang piatu, bernama Selma Intan Ramadhani, siswi kelas X di SMAN 1 Talun (SMANTA) kabupaten Blitar.
Berhasil lolos seleksi di SMANTA lewat jalur prestasi bidang bela diri (pencak silat), karena pernah juara 1 Porseni pencak silat beregu se-Jawa Timur saat kelas 9 MTsN 4 Blitar.
Selma lahir di Blitar, 28 september 2006 merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan memiliki dua saudara tiri (hasil pernikahan sang ibu sebelumnya) yang hidup terpisah di luar kota. Kakak tiri perempuan sulung ikut suaminya di Mojokerto, sedangkan kakak tiri laki-laki diadobsi orang tua asuh di Lumajang dan saat ini kuliah di Jember. Sayangnya hubungan (komunikasi) diantara saudara tiri ini renggang.
Semenjak ibunya meninggal di masa ramai-ramainya pandemi covid 19, tepatnya tanggal 1 April 2021, Selma hidup di rumah amat sederhana dan sempit ukuran 6 x 10 m, jauh dari kelayakan sebuah rumah yang sehat dan nyaman untuk penghuni berstatus pelajar. Dinding masih batako polos, lantai pun tidak keramik. Hanya ada 2 kamar sempit berukuran 2 x 2 m, salah satu untuk bapaknya dan satunya lagi untuk Selma dan adik perempuan semata wayangnya yang kini kelas 8 di MTsN 4 Blitar.
Tulang punggung tunggalnya tinggal seorang bapak sebagai buruh tani dan bangunan, yang memiliki pemahaman tentang pendidikan sangat terbatas sehingga Selma dituntut mandiri dalam segala urusan pendidikannya serta bertanggung jawab atas segala urusan pendidikan adiknya.
Lebih mengharukan lagi, sejak ibunya tiada, secara otomatis menggantikan peran ibunya dalam mengurus segala keperluan rumah untuk bapak dan adiknya seperti masak, bersih-bersih rumah, mencari rumput untuk pakan kambing sebagai tabungan Selma dan adiknya. Pembelian kambing dari hasil dana santunan. Otaknya dipaksa berpikir keras untuk kelola keuangan dari bapaknya sehingga cukup untuk semuanya.
Remaja yang gemar latihan pencak silat ini, telah meraih tingkat ‘sabuk putih’ dalam gemblengan tim pelatih pencak silat PSHT yang diketuai oleh Adib Syahrul Maarif S.Si, bercita-cita menjadi Polwan (Polisi Wanita).
Selma mengaku saat awal ditinggal ibunya, “Merasa sedih dan bingung karena perubahan kondisi yang memaksa saya untuk mengurus apa-apa sendiri. Tapi ini kan harus diatasi? Saya ingat hidup harus berlanjut,” tegasnya.
Urusan waktu dan beban tanggung jawabnya setiap hari apalagi dirinya masih berusia remaja yang membutuhkan pergaulan dengan teman sebaya, “Berusaha membuat seimbang meskipun berat sebelah,” katanya.
Remaja yang bertubuh langsing ini mulai berpikir untuk mampu menerima kenyataan pahit hidupnya, “Sepertinya harus menerima,” tegasnya dengan bibir bergetar.
Dia merasa harus tegar dan mampu hadapi semua ujian hidup ini, sebab ingin dilihat sukses oleh ibunya almarhum meski dari alam kubur. Hanya ibunyalah motivator pendidikannya selama ini.
Selma mengaku pernah merasa putus asa hingga muncul perasaan ingin berhenti, namun segera mengingat masih banyak orang baik dan tulus di sekitarnya,
"Alhamdulillah, saya dibantu orang-orang baik untuk urusan sekolah. Ada bantuan Bimbel gratis, konseling psikologi gratis, beban biaya pembelajarn tahunan dibantu donatur yang ikhlas dari Jawa Barat melalui sebuah lembaga di dekat rumah, serta sedikit bantuan biaya sekolah harian dari bapak,”
Harapannya untuk bapak dan adiknya hanya mampu saling memahami, karena godaan dari lingkungan sosial suka sok tahu dan ikut campur padahal tidak paham urusan yang sebenarnya, “Makanya saya tidak mempedulikan kekepoan mereka,” solusinya.
Saat ini, Selma hanya fokus pada cita-citanya, “Tetap sekolah dengan sungguh sungguh, melatih fisik dan berdoa untuk memperjuangkan cita-cita,” pungkasnya.
Di tempat berbeda, Kepala Sekolah (Kepsek) SMANTA, Edy Sasmito, M.Pd. menyampaikan dukungan sepenuhnya untuk cita-cita Selma. “Saya pribadi sangat berempati dengan kisah hidup Selma. Bahkan sudah lama saya nantikan untuk menemui saya karena banyak motivasi yang ingin saya sampaikan, apalagi dia masuk jalur prestasi bidang pencak silat. Jadi, wajar jika saya nagih mana nih gregetnya untuk karyanya di SMANTA?” ujarnya.
Kepsek SMAN 1 Talun (SMANTA) saat acara monitoring BNN ke SMANTA (Foto: Istimewa)
Lebih lanjut, Kepsek Edi menyampaikan bahwa siswa seperti Selma akan mendapatkan dukungan dan pengawalan penuh dari pihak sekolah sehingga mampu mewujudkan cita-citanya.
“Kami arahkan untuk merapat ke guru BK, ke guru kesiswaan dan saya. Akan kami kawal penuh hingga tercapai cita-citanya. Dengan melihat anak-anak kami mampu mewujudkan cita-citanya, itu sudah kepuasan batin yang tak ternilai harganya. Kami pun telah membebaskan biaya tahunan yang memberatkannya, lalu bantuan sebagian seragam yang belum ada, dan prospek ke depan masih banyak, ada juga dari komite. Pokoknya dia mau aktif merapat ke pihak sekolah,” pungkasnya.
Editor : Arif Handono