Belajar ke luar negeri dengan beasiswa penuh menjadi salah satu impian mahasiswa. Clavinova Damayanti Agita, mahasiswa Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair) Akuakultur 2019, menjadi salah satu yang meraih impian tersebut.
Clavinova atau yang karib disapa Clavi, menerima beasiswa European Region Action Scheme for the Mobility of University Student atau yang kerap dikenal Erasmus+ di Turki. Program pertukaran mahasiswa tersebut berlangsung selama satu semester dari Februari hingga Juni 2022.
Dia mengatakan, Erasmus ini beasiswa Eropa. "Kalau Indonesia punya LPDP/IISMA, Eropa punya Erasmus dan European Solidarity Corps," kata Clavi, dilansir dari laman Unair di unair.ac.id, Rabu (23/2/2022).
Ternyata, Clavi tidak sendiri. Dia ditemani Mohamad Akmal Alwi Husein dari Teknologi Hasil Perikanan FPK Unair 2018 yang juga penerima beasiswa. Clavi juga tidak kali pertama belajar ke luar negeri. Pasalnya ia kerap terlibat dalam kegiatan skala internasional, seperti halnya Model United Nations, English Debate dan masih banyak lainnya.
Gadis ini juga aktif menyuarakan suara perempuan-perempuan hebat di seluruh dunia, hingga mengantarnya menjadi Youth Representative and Advocate in Education Access and Opportunity for Women and Girls dalam United Nations Women.
Dalam proses beasiswa Erasmus, ia menjelaskan seleksi berkasnya terdiri dari CV, sertifikat kemampuan bahasa (IELTS/TOEFL/CEFR), transkrip nilai, paspor, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Selanjutnya, tahap wawancara bahasa Inggris dengan dekan.
Mahasiswa Berprestasi FPK 2021 ini mengungkapkan, pada wawancara tersebut sebenarnya Dekan FPK Unair hanya ingin mengetahui seberapa siap kita dan seberapa layak kita untuk dipilih. Setelah itu, lanjutnya, pengumuman dan semua berkas dikirimkan ke International Office yang akan meneruskannya ke pihak Erasmus+ di Turki. Berkaitan dengan beasiswa itu, Clavi menempuh kuliah di Çukurova Üniversitesi, Adana, Turki.
Menurut Clavi, sistem program ini tidak begitu menuntut dirinya fokus pada kuliah saja. Ada eksplorasi kebudayaan dan berbagi perspektif bersama mahasiswa Uni Eropa. Contohnya dengan mengikuti kegiatan Spring Festival, Food Festival, International Day, dan kegiatan menyenangkan lainnya.
"Untuk sekarang kegiatan perkuliahan belum berlangsung, tetapi masih kegiatan orientasi dan makan-makan bersama," ujarnya.
Keberhasilan mendarat dan tinggal di negara yang terkenal dengan kuliner kebabnya ini menjadi sebuah anugerah yang luar biasa baginya. Begitu banyak pelajaran hidup yang didapat. "I can overcome challenges of living in another country and gain a greater understanding of the world. Dengan berbagai konseptual yang berbeda membuat saya ingin belajar lebih dan lebih."
Mahasiswa yang juga pernah Pre-College di Australia itu menegaskan, belajar di luar negeri tidak harus dari keluarga berada atau bahkan harus pintar sekali. Melalui program fully funded justru mendapat uang saku dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
"Jadi jangan sia-siakan kesempatan, selagi ada penawaran dan kita mampu, yah coba aja. Entah lolos atau tidak itu urusan belakang, yang terpenting sudah berusaha. The courage itu sangat penting." iNews Malang
Editor : Arif Handono