get app
inews
Aa Read Next : Ade Armando Babak Belur Dihajar Massa, Kapolda: Pelaku Bukan Kelompok Mahasiswa

Flexing Crazy Rich dan Investasi Bodong, Atasi dengan Literasi Keuangan

Selasa, 22 Maret 2022 | 09:41 WIB
header img
Literasi Keuangan ( Foto : Shutterstock )

JAKARTA , iNewsMalang.id- Beberapa tahun terakhir muncul fenomena orang-orang kaya baru yang kerap memamerkan harta dan gaya hidupnya ke publik melalui media sosial hingga pemberitaan media. Di mana konten yang laku dan laris manis di media adalah bagaimana gaya hidup orang kaya, seperti apa rumahnya, ke mana berlibur, kendaraan mewah yang dipakai hingga pamer bagi-bagi uang dan sepeda motor mahal kepada masyarakat.

Menaggapi fenomena itu,  Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali dikutip dari kanal youtubenya menilai orang-orang benar-benar kaya lazimnya menginginkan privasi dan tidak ingin menjadi perhatian publik apalagi pamer barang-barang mewah.

Hal itu karena jangan dikira pamer barang-barang mewah itu menyenangkan, selain bisa jadi incaran pelaku kejahatan, setelah itu yang akan datang adalah Direktorat Jenderal Pajak mengirim tagihan pajak.

Dia menjelaskan soal pengalaman saat di pesawat duduk di berdampingan dengan seseorang yang terlihat amat sederhana, namun tetap was-was jangan-jangan ini adalah orang super kaya

Kemudian, dia menyebut pernah juga satu pesawat dengan salah satu konglomerat di Indonesia, bukan di bisnis kelas malah kelas ekonomi dan ketika makan di suatu restoran, semua orang yang ada di dalamnya sudah dibayarkan oleh orang yang penampilan dan pakaiannya amat sederhana itu.

Akhirnya, dia membeberkan secara tipologi orang kaya itu bisa dibagi menjadi tiga macam. Pertama orang kaya asli yang gaya hidupnya sesuai dengan kekayaannya yang dimiliki dan tentu saja mereka tidak berisik.

Orang-orang kaya sejati ini kalau mereka membeli barang sesuai kebutuhan. Misalnya membeli pesawat pribadi atau kapal pesiar yang hanya sepersekian persen dari total kekayaannya, untuk menghemat waktu dan menjaga keamanan.

Kedua, orang kaya tapi gaya hidupnya sederhana. Ini ada dua kemungkinan pertama menghindari pajak, kedua memang sejak kecil terbiasa hidup sederhana sehingga ketika harta bertambah gaya hidupnya tak berubah.

Orang seperti ini biasa saja makan pecel ayam atau bakso di pinggir jalan, justru itu lebih nikmat ketimbang mereka yang makan di tempat mahal tapi itu demi konten.

Ke mana pun mereka simpel dan tidak ribet. Di balik kesederhanaan itu siapa sangka memiliki harta triliunan, namun tak sedikit pun dari kekayaannya dipamerkan.

Ketiga, orang kaya flexing yang sebenarnya gaya hidupnya berada satu level di atas hartanya dan mereka biasanya amat berisik dan suka pamer.

Tentu saja ini terjadi di mana saja, terutama media sosial dan hampir semua harta yang dimiliki dijadikan konten.

Alasan mereka melakukan flexing atau pamer biasanya sebagai strategi marketing karena sedang diendorse oleh satu merek produk sehingga publik pun tertarik meniru jalan kesuksesannya. Siapa yang tidak akan tergiur dengan sosok yang masih muda, punya harta ratusan miliar.

Maka dari itu, publik harus bisa mengidentifikasi saat ada yang pamer harta apakah orang kaya benaran atau sebatas flexing dan kebutuhan konten medsos.

Dia mencontohkan kalau kekayaan seseorang bisa dikalkulasi dan dihitung dari mana sumbernya.

Misalnya ada orang punya harta Rp150 miliar. Maka bisa dilihat usahanya apa? Seberapa besar skala usahanya, pendapatan dari usaha tersebut juga bisa ditaksir per bulan dan per tahun berapa. Lalu tinggal dibandingkan apakah masuk akal atau tidak.

 

Jadi kalau ada anak muda, usia baru sekitar 20 tahun, kekayaan ratusan miliar, usaha tidak terdeteksi, kalau pun ada saat dikalkulasi tak sebanding pendapatan dengan hartanya, maka ada beberapa kemungkinan.

Pertama, bisa jadi itu adalah warisan dari orang tuanya yang memang sudah kaya.

Jika dia bukan pula anak orang kaya tapi bisa punya harta berlimpah ada kemungkinan yang bersangkutan memang sedang diendorse oleh suatu produk agar terlihat kaya.

Atau bisa jadi ada orang kaya yang menitipkan harta kepadanya karena tak bisa disimpan di bank dengan alasan tertentu.

Sementara, Ketua Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan Tongam L. Tobing menyampaikan banyak produk investasi yang ditawarkan kepada masyarakat tidak diiringi dengan edukasi tentang hak dan kewajiban konsumen.

Dia mengatakan kalau masyarakat mudah tergiur dengan penawaran investasi yang menawarkan pengembalian tinggi yang ternyata adalah investasi yang tidak berizin.

Sehingga Binary Option banyak dipromosikan oleh selebgram dan artis sehingga menarik follower secara masif untuk masuk sebagai anggota.

Karena Binary Option tidak terdapat kegiatan perdagangan dan kegiatannya cenderung seperti judi.

Dia mengungkapkan kalau dalam Binary Option, trader diminta untuk memprediksi atau menebak harga suatu instrumen apakah akan mengalami kenaikan atau penurunan dalam jangka waktu tertentu dan umumnya ditawarkan melalui pialang berjangka luar negeri yang tidak memiliki izin di Indonesia.

 

Akibatnya, fenomena banyaknya penawaran investasi bodong atau ilegal telah memakan korban bahkan diperkirakan transaksi investasi tipu-tipu dan perjudian tersebut telah merugikan masyarakat hingga ratusan triliun rupiah.

Dia berharap agar tidak terjadi lagi kasus serupa, pemangku kepentingan harus terus meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mencegah terjerumusnya warga menjadi korban investasi ilegal.

Baginya, edukasi dan sosialisasi masif merupakan kunci utama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai investasi ilegal agar tidak ada lagi korban yang jatuh dan mengalami kerugian harta benda. ( iNews Malang)

Editor : Arif Handono

Follow Berita iNews Malang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut